Pencarian

Kiriman Lawas

My Music

oon profil

Welcome to my website, enjoy Your stay.

?????????????????????????????

Sekilas tentang oon.........

 

Manusia yang terlahir dengan selamat di PuskesmasTegal Rejo tanggal 3 Desember '88.

Darah keturunan Banyumas-Sragen.

• Dulu  TK Pertiwi I

• SD di Dukuh II

• SMP di Spenyk

• SMA di MAN Yogyakarta I

• Kuliah sekarang di Amikom si Kampus Ungu........................

Selain kegiatan sekolah itu aku jg doyan banget ama yang namanya badminton.

Ni alamatnya :

Beran Lor RT 05/22 Tridadi Sleman Yogyakarta 55511

ya kalo maen kesitu cukup tanya ama yang namanya Ronny aja cukup. Maklum lumayan jadi artis di kampung wkwkkwkwkwkwkwkwkwkkwkwkwkk............

yauda deh... salam kenal yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee........................

bisa hub di 0821 343 227 11 sms/tlp ....................


Sukastic "Cerita Hari Ini"

Silahkan Bebas Bekomentar

Pelajaran dari Seorang Tunanetra

Pada hari Jum'at, tepat menjelang siang aku menuju suatu tempat di wilayah Ciputat. Ada pekerjaan tambahan yang biasa aku lakukan bila ada customer memerlukan bantuan untuk membayar pajak kendaraan. Sesampainya di lokasi ternyata sudah masuk waktu istirahat dan petugas sudah menutup loket layanan karena persiapan untuk menjalankan ibadah sholat Jum'at. Wah' sudah telat pikirku, padahal laju sepeda motorku sudah tancap gas, tapi ternyata petugasnya sudah menutup loket layanan.

Waktu baru menunjukkan pukul 10.50 WIB mestinya masih ada waktu 10 menit lagi untuk menutup loket layanan, tapi loket sudah ditutup. Pak sudah ditutup, nanti saja kembali setelah sholat Jum'at, begitu kata petugas loket. Pak, bisa tidak dimasukkan dulu berkasnya, aku berusaha untuk minta kesediaan petugas tersebut membantu. Tapi sia-sia saja, dan petugas tersebut menggeleng kepala, sudah tutup Pak,....nanti saja ya kembali lagi. Ya mau apalagi, padahal aku sudah lumayan ngebut berusaha mengejar waktu.

Masih ada waktu sekitar 1 jam sampai tiba waktu sholat Jum'at, sepertinya masih ada waktu pulang ke rumah untuk sholat di Masjid dekat rumah. Perkiraan jarak tempuh dan waktu sekitar 30menit dengan sepeda motor pasti lebih cepat  mengantarku sampai ke rumah.

Dalam perjalanan menuju rumah, kulihat ada seorang tunanetra berjalan perlahan dengan tongkat dan membawa beberapa bungkus kerupuk. Aku hanya melihat selintas saja, dan motorpun terus melaju. Namun tiba-tiba aku menghentikan laju motorku berbalik arah mendatanginya. Entah mengapa ada dorongan yang sangat kuat untuk menemui seorang tunanetra yang belum aku kenal tersebut.

Setelah motor ku parkir ditepi jalan, kudatangi penjual kerupuk yang tunanetra tersebut. Perlahan kudekati, mas kesini ke tempat yang agak teduh sambil kepegang tangannya. Umurnya mungkin sekitar 35 tahun, masih cukup muda. Kulihat keringat mulai menetes di wajahnya. Memang cuaca lumayan panas siang hari. Teriknya matahari dan berjalan perlahan pastilah sangat melelah.

Aku bertanya lagi, mas jualan kerupuk..? Iya Pak, begitu jawabnya. Kuamati dagangan kerupuknya masih cukup banyak sekitar 15 sampai 20 bungkus tergantung dipundaknya

Berapa mas harga sebungkusnya ? harganya lima ribu Pak, sebungkusnya. Silahkan Pak ambil sendiri saja. O,ya aku mulai memilih kerupuk bangka yang dijualnya. Sambil memilih, kulanjutkan pertanyaan sudah lama menjual kerupuk mas ?Allhamdulillah Pak sudah lama juga, tanpa menyebutkan sejak kapan ia mulai berjualan kerupuk. Tersenyum sebentar, lalu melanjutkan kalimatnya, saya berSyukur masih bisa dagang kerupuk Pak, lumayan hasilnya meskipun saya buta lebih baik usaha dagang daripada jadi peminta-minta (pengemis) yang penting halal Pak.

 

Subhanallah, saya mulai berhitung berapa kira-kira hasil penjualan kerupuknya sehari-hari dengan berjalan kaki ditemani tongkat karena ia seorang tunanetra. Katakanlah ia mampu berjualan 20bungkus sampai dengan 30bungkus perharinya, kalau semua dagangannya laku keuntungannya sekitar 20ribu sampai dengan 30ribu rupiah. Itu kalau dagangannya laku semua, kalau tidak habis, ia tetap bersyukur masih diberikan sedikit rejeki dan semangat untuk berusaha.

 

Aku merenungkan pernyataan penjual kerupuk yang tunanetra ini, meskipun matanya buta ia tetap mau berusaha dengan berjualan kerupuk berjalan perlahan ditengah teriknya panas matahari. Kalau cuacanya panas terik pastilah sangat melelahkan, terkadang ketika hujan juga kehujanan karena kesulitan mencari tempat berteduh karena matanya buta. Kondisi matanya yang buta, membuat  ia harus berjalan perlahan dengan tongkat tentu membuatnya sulit untuk segera berteduh dikala hujan turun. Ya Allah, bagaimana ia harus menghidupi dirinya dan mungkin keluarganya dengan penghasilan yang pas-pasan seperti itu.

 

Penjual kerupuk tunanetra itu lalu bertanya, Pak kalau mau ke arah Ciputat lewat mana ya..? Oh, kesana mas arahnya sambil menunjuk arah jalan, wah aku lupa kalau ia buta. Iya mas nanti saya antar menyeberang jalan karena kondisi lalu lintas dijalan itu sangat ramai. Aku kembali bertanya mau ke Ciputat mas..? Iya saya mau pulang, sudah waktunya untuk sholat Jum'at. Waktu menunjukkan pukul 11.15 WIB aku jadi teringat ini hari Jum'at dan masih cukup waktuku untuk bergegas pulang ke rumah. Mas kalau pulang ke rumah pasti sudah terlambat untuk sholat Jum'atnya, ke masjid diseberang jalan saja mas saya antarkan, bagaimana ?

 

Terima kasih Pak, tapi pakaian saya kotor keringatan, gimana ya Pak. Gapapa mas kalau cuma kena keringat, yang penting pakaiannya bersih dari terkena najis. Kutuntun penjual kerupuk yang tunanetra ini ke seberang jalan. Nah mas sampai disini ya, nanti mas jalan lurus, sekitar 100meter dari  sini ada masjid, mas bisa istirahat sebentar dan sholat Jum'at di masjid tersebut.

 

Mas ini uang untuk pembelian kerupuknya dan ini ada sedikit uang tambahan untuk nanti mas beli baju, wah terima kasih Pak tidak usah ditambahi. Aku tetap menyelipkan uang tersebut ke tangannya. Allhamdulillah terima kasih banyak Pak. Iya sama-sama mas. Ia lalu berjalan menuju arah ke masjid. Akupun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah.

 

Selesai sholat Jum'at kurenungkan kembali peristiwa pertemuan dengan penjual kerupuk tunanetra, ada pelajaran hidup yang bisa kupetik darinya. Semangat hidup yang luar biasa, meskipun buta matanya tapi ia tidak buta hatinya. Kondisi matanya yang buta tidak membuatnya berputus asa untuk berusaha mencari nafkah dengan berjualan kerupuk dari pintu ke pintu di sepanjang jalan yang ia lalui.

 

Pelajaran hidup dari seorang tunanetra yang gigih berusaha dengan keterbatasan yang ada pada dirinya tidak mau menyerah pada keadaan. Meskipun buta, iaselalu bersyukur dan selalu ingat untuk menunaikan kewajibannya menjalankan ibadah sholat dimanapun dan bagaimana kondisinya saat itu, ia berusaha untuk melakukan sholat bila waktunya telah tiba. Sementara banyak orang yang kurang bersyukur diberikan tubuh yang sehat dan panca indera lengkap, tapi selalu mengeluh dan banyak berbuat maksiat. Seandainya aku yang mengalami kondisi sepertinya, ya Allah apakah aku sanggup setegar dirinya dalam mengarungi kehidupan ini. ("Iwan Prasetyo") 

Ya Allah ampunilah hambaMu,

yang sering lupa untuk berSyukur atas segala nikmat dan karuniaMu

 

Ya Rabb,

Berikanlah kekuatan hati untuk menjalankan perintahMu

Jadikanlah hamba ini termasuk orang-orang yang pandai berSyukur....amien..!

Go Back

Comment